You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Gumingsir
Desa Gumingsir

Kec. Pagentan, Kab. Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI DESA GUMINGSIR PAGENTAN BANJARNEGARA -- selengkapnya...

SEJARAH DESA GUMINGSIR

Administrator 11 Februari 2022 Dibaca 1.506 Kali
SEJARAH DESA GUMINGSIR

     Dahulu kala datang seorang pemuda dari Surakarta ke wilayah Glagah Legi. Dikisahkan pemuda tersebut bernama JAYAWIKARTA dia merupakan seorang Prajurit dari kraton Mataram. Sekitar tahun 1670 masehi Kraton Mataram dipimpin oleh Raja Amangkurat I, pada saat itu terjadi Geger Trunojoyo yang mengakibatkan Raja Amangkurat I dan rombongan Prajutit Kraton  menyingkir ke arah barat (daerah Tegal) Kemudian Raja Amangkurat I sakit dan meninggal dan kemudian dimakamkan di Tegal (Tegal Arum). Kekuasaan Pada Saat itu digantikan oleh anaknya Raden Mas Rahmat (Amangkurat II) yang kemudian mendirikan Kraton Kartasura Surakarta. Saat itu Amangkurat II Pro Belanda mengakibatkan beberapa bawahanya tidak setuju dengan Raja dan memisahkan diri dari rombongan Keraton.

      Rombongan yang pindah haluan antara lain adalah Surayudha yang merupakan Petinggi Keraton, Anaknya yang bernama Jayawikarta merupakan Prajurit pilihan Kraton, Ki Agung Alim yang merupakan Pemuka Agama, dan beberapa orang yang tidak sependapat dengan Raja, kemudian mereka berpisah untuk mencari kehidupan sendiri-sendiri. Surayudha menetap di Perkampungan timur Sungai Tulis sebelah Desa Larangan Pagentan, Warga setempat mengangkat Surayudha menjadi demang dan daerah tersebut dinamakan Kademangan Surayudhan (Sekarang Desa Surayudhan Wonosobo).

      Anak Demang surayudha yaitu JAYAWIKARTA bersama temanya Ki Agung Alim menyebrang ke barat Sungai Tulis dan sampai ke sebuah daerah yang bernama Glagah Legi Masyarakat disana menyambut baik kedatangan Jayawikarta karena tahu bahwa Jayawikarta adalah Perajurit pilihan Kraton. Jayawikarta menetap di Perkampungan Glagah Legi dan Masyarakat setempat mengangkatnya menjadi Demang dan bergelar Demang Glagah Legi kemudian dimasa kepemimpinanya Kademangan Glagah Legi diganti menjadi Kali Glagah menyesuaikan dengan kondisi daerah, terdapat Sungai yang ditumbuhi banyak rumput glagah. Sampai sekarang Kaliglagah masih berpenghuni dan merupakan salah satu Dusun di Desa Gumingsir. Jayawikarta menikah dengan seorang perempuan dari sebrang Sungai Merawu Putri dari Mbah Sekati (Makam Kunci) dan dianugrahi seorang Putra bernama PATRAJAYA (Cikal Bakal Desa Gumingsir).. Ki Agung Alim menetap di Dusun Karanglo dan menjadi juru Dakwah daerah barat sungai Tulis dan termasuk Cikal Bakal Penyiar Agama Islam di Wilayah Kecamatan Pagentan. Jayawikarta (Ki Demang Glagah Legi) merupakan ahli kanuragan sementara Ki Agung Alim merupakan Ahli Agama mereka bekerja sama membangun Masyarakat di daerah yang mereka tempati hingga Wafat. Ki Agung Alim Meninggal tanpa menyisakan Jenazah (musna seraga wadhag) hanya ada peninggalan berupa mahkota/penutup kepala dari onggokan rambut yang ditemukan Warga sekitar di tegalan, kemudian Warga sekitar Membuat Cungkup keramat di tempat tersebut dan menamakanya dengan Makam Silawe di Dukuh Karanglo Desa Kalitlaga.

      Jayawikarta Wafat kemudian Jenazahnya dikebumikan di pinggir Sungai Merawu kemudian Makam tersebut diberinama Makam Ngadiluhur. Ada beberapa Nisan di Makam Ngadiluhur yaitu Makam Mbah Jayawikarta beserta istrinya, Makam pembantu perempuanya (Biyung Mban) dan 5 makam pembantu laki lakinya antara lain Dadung Awuk, Rujak Beling, Simbar Dada, Carang Kumitir dan Rambut Geni.

      Sepeninggal Jayawikarta kepemimpinan diteruskan keturunanya, kemudian sebagian pemukiman berpindah ke daerah atas Kaliglagah yang sekarang dinamakan Gumingsir. Beberapa keturunan dari Patrajaya menyebar ke daerah lain seperti Kalibening, Gumiwang, Banjarnegara, Talun Amba, Wanasraya, Gembrosan, Karangnangka, Sokaraja, Kalitlaga, Aribaya, Gumingsir dan Kalikidang. Pada Tahun 1994 Paguyuban Keturunan Patra Jaya berkumpul di tempat Bp. Atmo Miharjo (mantan Kades Aribaya) merencanakan pemindahan Makam Mbah Jayawikarta dari Ngadiluhur ke Desa Aribaya dusun Bawang Tergacor namun tidak berjalan dengan lancar. Karena dari pihak Kalikidang menentang perpindahan Makam tersebut. Dengan dasar Punden Jayawikarta merupakan bukti sejarah yang harus dihormati selama beratus-ratus tahun, Kalikidang memenangkan perebutan tersebut dan pada tanggal 17 Desember tahun 1994 Makam tersebut dipindahkan dari Ngadilihur ke makam Kalikidang, kemudian makam tersebut diberi nama Makam GIRILOYO NGADILUHUR. Sampai sekarang makam masih ada dirawat oleh garis keturunan Jayawikarta.

      Asal Muasal Nama Desa Gumingsir yaitu pada saat awal ditempati daerah atas Kaliglahag sering bergerak/longsor Gingsar-Gingsir akibat erosi Sungai Merawu sehingga  penduduk sering berpindah pemukiman, kemudian Masyarakat setempat menamakan daerah tersebut dengan nama Desa GUMINGSIR. Kepala Desa/Lurah pertama dari Desa Gumingsir adalah Patrajaya. Berikut nama-nama kepala Desa Gumingsir dari yang pertama Menjabat

  1. PATRAJAYA
  2. PATRADIKARA
  3. YASADIKARA
  4. KARTADIKARA
  5. SUPARMAN KARTO GUNAWAN
  6. ASAN REJA
  7. SACHLI HARJOWIYOTO
  8. MULYO SUMARTO
  9. SUTARMAN
  10. BEJO SUROSO (sekarang)

      Demikian sejarah Desa Gumingsir yang diranngkum dari beberapa narasumber yaitu : Bp. Suparman Karto Gunawan serta sumber terkini dari Wikipedia.

 

 

 

 

Slot Gacor

Slot 4D

Slot 4D